(Sebuah Esai Atas Puisi Berjudul “Muda” Karya Irwan Abu Bakar)
Oleh Moh. Ghufron Cholid
Kali ini, tepatnya 6 Januari 2023, saya bertemu dengan sebuah puisi yang berjudul “MUDA”, yang ditulis oleh salah seorang penyair Malaysia, yang juga Presiden eSsastera. Saya menduga ini sebuah karya yang menunjukkan pandangan tentang sebuah sayembara mencari sasterawan dengan umur yang sudah ditentukan batas usia 18 – 35 tahun.
Saya menamai puisi ini sebagai reaksi atas sebuah sayembara yang sangat memukau bagi penulis berkebangsaan Malaysia. Karena yang sedang dicari adalah sastrawan muda berbakat. Oleh sebab itu, sebagai penulis yang usianya melebihi batas yang ditentukan penyelenggara, adalah sebuah kewajaran jika membuat reaksi kreatif. Reaksi yang tak usah turun ke jalan untuk menyampaikan gagasan.
Paling tidak puisi berjudul “MUDA” disajikan dalam 5 bait. Puisi yang saya pikir lebih mengutakan ide, tersampaikan daripada memperindah dengan diksi-diksi yang menyihir atau diksi-diksi penuh metophora, ataupun kiasan.
Irwan Abu Bakar seakan ingin berteriak lantang, bahwa ada saatnya puisi mesti disampaikan secara terang benderang agar lebih bisa dipahami khalayak, tentang sesuatu yang memerlukan yes or no atas sebuah pendapat atau gagasan.
Bisa juga, puisi ini dijadikan sebuah bahan renungan, tentang sesuatu yang dianggap muda sebagai sebuah gagasan bahwa muda sejatinya, tak hanya dibatasi dengan usia yang digenggam seseorang, karena nyatanya MUDA itu bisa berarti sebuah keadaan yang indikatornya bisa kita nilai secara terang-benderang. Berikut saya posting utuh puisinya agar segenap pembaca bisa langsung berhadapan dengan karya yang sedang kita bahas secara utuh.
MUDA
Aku masih terlalu muda
tak cukup bijak nak jadi menteri
masih terlalu muda
tak cukup alim nak jadi mukti
masih terlalu muda
tak cukup pitar nak lawan Anwar.
Aku masih terlalu muda
tak cukup suspens nak tulis cerpen
tak cukup kreativiti nak tulis puisi
tak cukup cekal nak tulis novel.
Aku masih terlalu muda
nak bertengkar belum cukup pintar
nak berbicara belum ada suara
nak beri kuliah belajar belum sudah.
Aku masih terlalu muda
apabila berjumpa orang tua-tua
eh, iri hati pula mereka.

Aku masih MUDA
sesuai dengan Syed Sadiq sahaja.
-IRWAN ABU BAKAR
Kuala Lumpur, 6.01.2023
Jika kita baca ulang bait pertama, ternyata muda itu bisa kita maknai suatu keadaan yang begitu labil, di mana seseorang akan mudah berubah-ubah dalam menyikapi suatu persoalan. Bisa pula, MUDA bisa kita artikan sebuah situasi yang belum cukup kuat dalam membangun jaringan sehingga tak dapat menaklukkan kekuatan besar yang ada di hadapan. Semacam hanya bisa menjadi saksi mata tanpa mampu melakukan perlawanan berarti.
Bait kedua, rupanya Irwan Abu Bakar mulai berpolemik bahwa sejatinya keadaan yang belum matang dalam berkarya adalah keadaan yang bisa kita temui saat berusaha muda dalam berkarya. Atau pendatang baru dalam dunia kreativitas, atau pemula dalam bidang yang baru kita tekuni, sehingga rambu-rambu semacam ini perlu kita sadari agar kita bisa mengantisipasi kesulitan dalam berkarya.
Bait ketiga, mulai mengungkap sisi lain yang perlu kita sadari dalam menyikapi sebuah persoalan bahwa sejatinya yang disebut muda, cendrung gegabang dalam bertindak termasuk ketika kita berada dalam keadaan berselisih. Tak hanya itu, yang disebut muda sejatinya tak bisa mengatur rima dan irama dalam berucap dan bertingkah laku.
Bait keempat diungkapkan bahwa berada dalam situasi yang disebut muda akan selalu menjadi pusat perhatian kaum tua.
Bait kelima adalah pamungkas pandangan seorang Irwan Abu Bakar tentang makna MUDA bahwa yang diterangjelaskan sosok yang paling pas mewakili pandangan muda adalah seperti Syed Sadiq, dengan demikian Irwan Abu Bakar tak hanya pandai berkelakar, membuat polemik namun juga mengajukan solusi tentang yang sedang diperbincangkan.
Oleh:

Moh. Ghufron Cholid
Junglorong, 6 Januari 2023
TAMAT 1.
NOTA. Karya ini diberi hadiah RM100 oleh pengurusan Gaksa Kuala Lumpur. [PAID kepada Rois RM100 pada 22.05.2023]
TAMAT.