(Sebuah Esai Apresiatif Atas Puisi Berjudul Kusunting Mawar Karya Irwan Abu Bakar)
Tiap puisi sejatinya memiliki jodohnya sendiri, adakalanya setelah lahir, ia mudah dikenal namun juga mudah dilupakan. Ada pula yang tak bisa dikenali juga kehadirannya tidak dipedulikan. Ada pula yang bertahan hingga hitungan tahun bahkan puluhan tahun.
Bertemu dengan puisi yang dilahirkan oleh Irwan Abu Bakar di tahun 2001 dan diperkenalkan kembali di tahun 2023 dengan nama yang sama yakni “KUSUNTING MAWAR” adalah sebuah kejutan.
Barangkali Irwan Abu Bakar dalam puisi sebait yang dihadirkan kepada kita, hendak menegaskan tentang teknik mencintai. Bahwa mencintai tak boleh separuh-separuh harus totalitas. Menerima kelebihan juga kekurangan. Bersiap bahagia juga terluka.
Mari kita berikan jeda, untuk berpapasan langsung dengan puisi dan memberikan waktu untuk meresapi saripati yang ada di dalamnya.
KUSUNTING MAWAR
Apabila kusunting mawar
kusunting baunya bersama durinya
bercintalah aku dengan wangi dan duri
sekala khayal mengendus, sekala bisa tercucuk
dalam maksyuk dan rajuk
kebahagiaan dunia.
IRWAN ABU BAKAR
Kuala Lumpur, 12.02.2001.
“KUSUNTING MAWAR” adalah judul yang dipilih dan sekaligus diperkenalkan pada kita. Lalu mengapa mesti mawar tidak bunga yang lain? Karena mawar di samping indah juga bisa menusuk, dengan artian jika kita siap terpesona pada sesuatu kitapun tak boleh mengasingkan efek yang diberikan.
Bisa saja Irwan Abu Bakar sedang berbicara tentang cinta yang ada di dunia, tentang cinta yang tak memiliki kekekalan. Cinta yang hanya sifatnya sementara. Cinta sesaat yang tak mengabadi baik dalam ingatan maupun dalam keberlangsungan cinta itu sendiri.
Segala sesuatu ada timbal baliknya, demikian Irwan hendak berbagi pandangan lewat puisi yang diberi nama Kusunting Mawar.
Jika sudah tahu cinta memiliki efek maka sudah siapkah kita bercinta, soalan ini berlaku pada siapa saja termasuk kita yang kebetulan berpapasan dan membaca puisi ini.
Akhir kata selamat memilih untuk bercinta atau diam saja sebagai saksi mata.
Oleh:

Moh. Ghufron Cholid
Junglorong, 9 Februari 2023
TAMAT.