Bermula samudera gelisah KH. Wahab Hasbullah, KH. Bisri Syansuri dan 25 Wali
Menganyam tikar jamaah meski belukar duri bersama hadratus syekh Hasyim Asyari,
Melangitkan doa menembus mustawan
Membedah hizib, dzikir, tahajut, hajat meminang jawaban
Meski jawab langit lahir dari rahim madura melalui Syakhona Kholil bangkalan.
Maha guru ulama nusantara
Kala malam dibelah surya
Lisannya fasih meruah santri As’ad muda
“As’ad, masihkah terekam jelas Wajah purnama dan istana syurga yang ada di bentala?. Hasyim Asyari kiai jombang batu mulya nusantara?” Suaranya geletar duaja renta
“Iya, kiai. Purnama wajahnya dan nada harpa suaranya membekas jadi artefak di dada” jawab As’ad muda suaranya takdzim berirama
“Tenggar tongkat ini, bersama pula ayat cerita Musa” bagai Halilintar suaranya meski tetap telaga wajahnya
Sambari menghafal ayat semula, menerima uang ringgit, dirinya menjawab “iya” dua tangannya gegar menerima tongkat dari gurunya.
Sampan membawanya menyeberangi selat madura
Mendzikirkan ayat qur’an, berjalan sampai di maqbaroh ampel denta,
Para peziarah, mukimin tanah penuh tuah
Tanpa ragu memanggilnya
“Hadza Wali, Hadza Majnun. Melanting tongkat padahal masih remaja” curai mereka fals, sumbang. Nampak sangsi pula senyumnya.
As’ad muda hanya mesem bahagia, sebab dadanya telah dikoyak bunga-bunga doa maha gurunya.
Setibanya di istana Kiai Hasyim
As’ad muda disambut gelombang senyum
“Siapa engkau anak muda?!. Dari mana, hendak menandangi siapa, anak siapa pula sebab wajamu seolah tidak langka” suara kiai Hasyim bagai petikan kecapi suralaya
“Hamba As’ad dari Pamekasan Madura, hendak bersemuka Jenengan yang mulya. Hamba anak lelaki Raden Ibrahim dan Maimuna” Jawabnya sambil merunduk wajahnya
“Apa yang engkau bawa?, Seperti apa kisahnya?!” Netranya pendar cahaya ke arah tongkat yang dibawa
“Seraya membaca Qur’an kisah Kalimullah sambil menyerahkan tongkat Musa wasilah maha guru mereka” As’ad muda menyodorkan tongkat bawaannya
“Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah….. Saya diridloi menyambung wasilah cinta dalam jamiyah dan jamaah Nahdlatul Ulamak” wajahnya kian pendar kejora, air matanya menjadi sungai di pipinya.
Entah berapa purnama
Maha guru Syaikhona Kholil ketika Fajar mengecup petang penuh mesra
“As’ad, belum terhapuskah jejakmu menuju jombang, Kala mengantar tongkat dulu sebagai mula?!” Suaranya mengandung riadhoh Rabbani penuh wibawa
“Engghi kiai, masih membekas sebagai ornamen paling purna di jiwa” jawabnya senada sahaya di hadapan bupala
“Ya Jabbar-Ya Qohhar, Ya jabbar-ya qohhar, ya Jabbar-ya Qohhar” kala memintal tasbih wajahnya semacam petir Beraja
As’ad muda menyodorkan kepalanya isyarat tasbih melingkar di lehernya.
As’ad kembali menyeberangi selat madura
Kian tegap saja langkahnya kembali melintasi ampel denta
“Hadza majenun, hadza Wali. Bila silam mencengkam tongkat, kini berkalung tasbih pula” mereka kembali Mencecar telinganya
Namun senyumnya masih tetap aroma sorgaloka.
Setibanya di jombang tempat penuh dzikir, hizib bergema
As’ad muda kembali disambut senyumnya, wajahnya penuh pahatan syurga
“Apa yang syaikhona kholil titahkan padaku, kenapa engkau kembali menjadi nayaka?” Wajah welas, suara penuh asih membelai As’ad muda
“Ya Jabbar-ya Qohhar, Ya Jabbar-ya Qohhar, Ya Jabbar-ya Qohhar” kembali kepalanya disodorkan sambil memelankan suaranya “Tasbih ini milik jenengan tak sekalipun hamba sentuh saat syaikhona memasangkan hingga kini ada di hadapan jenengan”.
Bahasa rindu kasmaran santri wasilah akhlak mulya.
“Siapa yang berani sama NU pasti hancur, siapa yang macam-macam sama NU akan lebur” suaranya seketika menjadi petir disaat tiada mendung.
Melompatlah sejarah silam saat 16 rajab tahun 1334 hijriah
Nahdlatul Ulama resmi di lahirkan dari rahim para auliya para ulama.
Disini hari ini terulang kembali gemuruh nada-nada surgawi,
1200 purnama mencumbu genit bumi dalam lingkaran temali,
36.500 hari kalender terus berlari jejak sejarah ditapaki,
Sembilan kejora mengepit manja bentala dan temalinya.
Selamat Milad NU-ku
Selamat milad NU-mu
Selamat milad NU-kita bersama.
Jayalah selalu.
VIDEO DEKLAMASI
Oleh::

Dimas Midzi.
Sidoarjo, 07-02-2023
KOMEN
Dimas Midzi. Itulah NU kebanggaan kami. Sebab sejak awal mula diresmikan, NU tidak pernah ada catatan dalam sejarah sebagai pemberontak terhadap pemerintahan yang sah. Inilah akhlak yg diajarkan para muassis dan muharrik NU. Di dunia ini dalam catatan sejarah yang besar2 mengedepankan Islam rahmatan lil ‘alamin hanya NU dan Al-Azhar. Jadi tidak usah heran bilamana dunia islam, khususnya negara2 islam, berkiblat pada Azhar dan NU. Saya yakin penjelasan saya ini terlalu singkat. Sebab kalau mau bicara NU, bisa berhari-hari. Batu bisa tuntas.
Dimas Midzi. Anda tinggal googling apa itu Nahdlatul Ulama. Maka saya jamin anda akan tercengang. Sebab satu-satunya organisasi masyarakat yang jumlahnya lebih dari 85.000.000 anggota. Banser atau biasa kota menyebutnya dengan Tentara organisasi jumlahnya lebih banyak dari TNI dan Polisi di negeri kami. Intinya Nahdlatul Ulamak adalah organisasi terbesar di Dunia.
Dian Hariani. Sama-sama, Prof, Bunda 🙏🏼Hari ini peringatan 1 Abad atau 100 tahun berdirinya NU. Pendirinya adalah beliau ulama besar bernama Kyai Haji Hasyim Asyari. Begitu, mungkin Bang @Dimas Midzi lebih paham.
Dimas Midzi. Iya. Bersama ulamak lainnya. Sebagian saya sebutkan di puisi itu mbak. Yang lainnya akan saya sebutkan di puisi lainnya pula.
TAMAT.