Kepada Yang Terhormat;
Bapak/Ibu di tempat.
Sebelum matahari terbit, kata-kata ini telah menerima takdirnya untuk dibaca banyak orang. Ketika aku sampai kepada rumahmu dan menemui seorang Yang Terhormat Bapak/Ibumu.
Aku datang memakai sarung sebagai lelaki Islam pada umumnya, kau bilang aku salah tempat. Ketika aku pakai celana dan bekerja, kau bilang gaji UMK tidak akan mencukupi. Ketika, aku menjadi pengusaha, kau bilang hidup tak selamanya untung.
Ketika aku memiliki riwayat pernah pesantren, kau bilang yaelah cuma santri lagi. Ketika aku memiliki riwayat pendidikan sekolah tinggi, kau bilang; minder deh.
Kini aku bertanya, aku harus bagaimana?
atau Yang Terhormat harus bagaimana?
Kini, ketika pagi mulai datang dan menjelang siang waktu memulai nasibnya.
Dan ketika nasab terhormat, kau bilang kau orang biasa. Ketika nasab biasa, kau bilang nasabmu bagus dan aku tak pantas.
Kini, siang mulai merabat sore petang hari kekuningan
Ketika, aku bicara soal usia, ada banyak orang yang sibuk dengan karirnya tapi belum menikah sampai tua. Kau bilang itu mereka.
Kini, sore dan menuju malam hari jalanan kemudian sepi gelap dan pekat menemui jalan buntu
Aku bilang semua manusia memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing
Dan kau bilang itu mereka dan urusan mereka, intinya.
Akhirnya, aku dapat menyimpulkan bahwa Yang Terhormat adalah playing victim alias ribet labil. Padahal tidak pantas orang yang sudah tua seperti itu.
Sekian, wasalam.
ABDUL JALAL HM
TANGERANG, 08 DESEMBER 2022.
Oleh:

ABDUL JALAL HM
TANGERANG, 08 DESEMBER 2022.
TAMAT.