SAYEMBARA ESVA-16/2022.

Genre: Sajak.
Tema: Gerhana.
Karya: Tulis sebuah sajak bertemakan “Gerhana”. Judul dan kandungan sebenar terserah kepada pengkarya.
Kepanjangan: Bebas.
Hantar karya ke: GaksaAsean@gmail.com
Tempoh hantaran: 9.11.2022 – 15.11.2022.
Hadiah: RM300; RM200: RM100.

PESERTA

  1. Salmah Amir. “Jenis Gerhana”.
  2. Paridah Ishak. “Munajat Bulan Gerhana 8 November 022”.
  3. Ibnu Qalbun. “Rembulan Yang Hilang”.
  4. Ismail bin Hashim. “Gerhana Yang Pulang”.
  5. Mohd Adid Ab Rahman. “Matahari Gerhana Tersandar Di Tubuh Nasib”.
  6. Sujata Wee. “Saat Dirinya Gerhana”.
  7. Cunong Nunuk Suraja. “Corong Bulan”.
  8. Cunong Nunuk Suraja. “Bubur Bulan Bibir Bulan”.
  9. CT Nurza. “Gerhana Kebimbangan”.
  10. Noorlaila Ghafar. “Malam 14 Rabiulakhir 1444H”.
  11. Moh. Ghufron Cholid. “Bila Gerhana Menyalamimu”.
  12. Zarir Ali. “Kisah Yang Tertulis”.
  13. Agus Sanjaya. “Rahu, Telanlah Tubuhku!”.
  14. Vito Prasetyo. “Bulan Berbingkai Retak”.
  15. Gatot Malaisianto. “Puisi Cento Tentang Gerhana”.
  16. Gatot Malaisianto. “Kamu Dan Gerhana”.
  17. Ibnu Din Assingkiri. “Tamsilan Canggung Aantara Kelekatu Dan Gerhana”.
  18. Lara MN. “Membaca Neratif Gerhana”.
  19. Isbedy Stiawan ZS. “Ibu, Bulan Sesaat Lagi Punah”.
  20. Wawas Wasini. “Gelap Sejenak Alamku”.
  21. Tuti Susilawati. “Gerhana Dan Cahaya”.
  22. Wawas Wasini. “Gerhana, Teguran Sarat Makna”.
  23. Gabriel Kimjuan. “Nasihat Gerhana Kepada Manusia”.
  24. Wawas Wasini. “Gerhana Pembawa Cinta”.
  25. Nuri Febrianti. “Bulan Darah”.
  26. Hamimah Ibrahim. “Sebalik Gerhana”.
  27. Chanchan Parase. “Malam 47 Musim Di Keliling Lilin”.
  28. Aah Rb. “Remang Malam”.
  29. Agusta. “Menghilang Purnama Di Kesepian Malam”.
  30. Wawas Wasini. “Lakon Gerhana”.

  31. Zulkifli Mohamed. “Bayang-bayang Di Genggam-Mu”.
  32. Husin Sutanto. “Gerhana Matahari”.
  33. Astutie. “Bulan Termakan”.
  34. J.A Pakpahan. “Indah Karya-Mu, Tuhan”.
  35. Eva Nurul Khasanah. “Mengapa Bulan Menjadi Merah”.
  36. Ngadi Nughoro. “Saat Rembulan Gerhana Di Kedua Mataku”.
  37. Iffa Aini Hamd. “Remang Dewangga Wajah Rembulan”.
  38. Roy Frans S. “Saat Gerhana Bulan”.
  39. Wawas Wasini. “Gerhana Cinta”.

  40. Fathurrohman. “Bahkan Kepada Matahari”.
  41. Levi S. “Memeluk Gerhana”.
  42. Riska Widiana. “Tarian Kenangan Di Bawah Gerhana”.
  43. Wawas Wasini. “Gerhana Pembawa Petaka”.
  44. Wawas Wasini. “Euporia Penomena”.
  45. Dewi Mayasari.Rembulan Merah Jingga”.
  46. Wawas Wasini. “Cerita  Bunda”.
  47. Winar Ramelan. “Banjir Rob”.
  48. Rahma Khoirunnisa El Fahmi. “Kisah Khayal Kakek”.
  49. Ahmad Hidayat. “Ayat Kuasa-Mu”.
  50. Nur Indah Sutriya. “Pesan Ibu Di Malam Gerhana”.
  51. Merawati May. “Ketika Gerhana Itu Tiba”.
  52. Anto Narasoma <assabillah70@gmail.com> “Perpaduan Rembulan Matahari”.
  53. Nurul Fawaidi. “Segaris”.
  54. Kak Slam [pratyas katrina <pratyas.katrina@gmail.com>]. “Dua Mata Gerhana”.
  55. Ngakan Made Kasub Sidan. “Menata Hati, Dalam Sunyi Gerhana”.

KARYA

1

JENIS GERHANA

Bulan gerhana gelap seluruh
bulan berwarna sedikit perang
malam terindah lihat di baruh
nikmatnya hidup tanpa berperang

Gerhana siang mentari gelap
dilindung bulan cahaya kelam
alam menjadi sejuk dan malap
rasa di hati perlu diselam

Hati gerhana sedih terasa
keciwa hidup terputus cinta
segala rasa serah yang Esa
Dialah tempat serah derita

Kini gerhana pilihan raya
rakyat keliru untuk memilih
jika bersatu negara kaya
negara makmur kewangan pulih

(Puisi Caturlarik)

Salmah Amir.

2

MUNAJAT BULAN GERHANA 8 NOVEMBER 022

Ufuk keemasan di peraduan senja
puteri rembulan menyelak tabir gelita detik demi detik
gemilang antara galaksi gemintang tenggelam
dalam atmosfera mendung 7.45 Borneo 8 November 022
fenomena umbra tiba-tiba
menyergap gerhana
pegun kesima
Subhanallah!
pantas kejadian mengingatkan sujud
solat sunat jemaah dua rakaat raup doa kudus;
“Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia,
Maha suci Engkau (dari segala kekurangan)

maka (ampunilah segala kesalahan kami dan) peliharalah
akan kami dari siksa api neraka.”
Aamiin

PARIDAH ISHAK
Desa Melor Serendah
10/11/022

3

REMBULAN  YANG HILANG

Berarak awam malam
Rembulan yang keseorangan
Wajahnya mulai karam
Malam jadi hitam tanpa bintang
Rembulan seakan ditelan
Sinarnya hilang
Cahayanya terhalang
Merah menyerang menjadi hitam
Gerhana menggenggam
Alam kian hitam
Suara azan kedengaran
Di pentas dataran manusia sibok merenong bulan
Antara sains dan keTuhanan
Sebentar kemudian rembulan kembali terang.
Bumi senyum riang.

Nukilan
Ibnu Qalbun (Jo Latif)
Brunei Darussalam.

4

GERHANA YANG PULANG

Gerhana telah berselindung
di sebalik bayang-bayang kelam
menimbulkan tanda tanya pada
permukaan murni yang hilang
setelah matahari dilindungi awan.

Gerhana telah menyampaikan pesan
pada Istana Melaka yang suram
Sultan menyimpan dendam apabila
Bendahara dibunuh melindungi Tun Fatimah
dari hiasan hutan belantara terlarang
yang mempunyai singa yang buas.

Di tangan Feringgi durjana
Melaka tersungkur dan tewas
langit Melaka semakin hitam
kawasan penduduk dibakar
dari jelaga Bumi Hangus serangan
penjarah dan penjajah Alfonso
strategi serangan di Goa,India
jelaga hitam menutup langit
maruah Kesultanan Melayu Melaka
kian terpalit.

Gerhana yang pulang
membandingkan warisan bangsa
yang dahulu dan sekarang
perbalahan seperti kuali dan belanga
riuh bagaikan nyaringnya gendang
depan dan belakang
segalanya bagaikan kembali berulang
perjuangan bangsa yang pincang
dalam rumpun kaum yang berbilang!.

-TAMAT-

5

MATAHARI GERHANA TERSANDAR DI TUBUH NASIB

Batinku tertancap luka seperti kebenaran diperolok massa
hal-hal batil jadi berhala dipuja ikut serakah nafsu
cinta suci terbantut tanaman di tanah gersang
sebuah tujuan murni diburu terbengkalai baik muhasabah diri
namun hidup sukar ini perlu diteruskan
sebelum berakhir suatu waktu pasti
Matahari gerhana tersandar di tubuh nasib
adalah ketentuan harus diterima dengan dada selapang padang
bukan satu petaka perlu ditakuti di gua berpuaka
tapi jadikan peluang bertafakkur penuh waras
Tuhan tak lebih hanya menguji pegangan sekukuh apa
dan yakini terkait hidup sesiapapun tak ada selalu cerah
tak juga selamanya malam
semuanya untuk kelak kemudian kita jadi dewasa
Tuhan
nyalakan di dadaku semangat berani hidup
sebab mudah kecewa adalah ketewasan paling hina

karya,
MOHD ADID AB RAHMAN
JB5472 JLN.6, TAMAN JUS PERDANA,
77500 SELANDAR, MELAKA
12 NOVEMBER, 2022

6

SAAT DIRINYA GERHANA

Tubuhnya merah dimamah api amarah
seketika dia menjadi tidak berdaya
jiwnya tercalar dirobek-robek 
menggelupas badannya menahan kepedihan
air mata mengalir dalam tabah yang bersisa.

Hinggalah ke suatu detik
penantiannya berakhir juga
seksa itu beransur reda
dan penderitaan berkalih pergi
lalu ruang selesa kembali bermula.

Dia semakin pulih dari kesakitan
perlahan dilepaskan dari cengkaman
mengumpul kekuatan untuk mengukir senyum
semangatnya yang utuh walau sesekali diduga
dalam riang ceria semula
menyinari semesta itulah baktinya
dalam simbahan cahaya cemerlang.

Pengirim : Sujata Wee
Alamat : Pt 284 Jln Baru Kg Kulim 16250 Wakaf Bharu Kelantan.

7

Puisi Cunong Nunuk Suraja

CORONG BULAN

merindukanmu seperti kangen rembulan corona
saat gerhana menangkup cahaya sampai ke dermaga
purnama gulita menggeliat menembus jarak
menyisakan romansa siksa rindu menelikung sukma
bahasa ditusuk langit tegak lurus
tersadar bangun di ruang fatamorgana menyesak nafas
berat menindih dada meringkuk dalam peluk raksasa Rau
karena kelam berangkat menguap mengurap wajah jelaga
buta menyamar sebelum cinta berhasil kuraih dan kudekap.
mengendap masuk kamar melompati jendela kaca

Columbus Sun No 13 20 22 07:3 pm

8

BUBUR BULAN BIBIR BULAN

bulan setengah bugil bulan menjelang
gerhana laba tak terhitung goyang
belatung-belatung birahi dada pun pecah
terjentik peluh waktu toko tutup
tertadah saputangan bara mata nyala
ilalang mencium tanah direbus gelisah
di balik lubuk zaman galau
merindu lingkari ular Umar melahap
pagar pucat memasi senyum sungging
dikulum pungguk merindu mengasap abadi
berdendang di batas senja merah
menggumpal gelora dara gincu terkapar
berdarah lumpuh pusar badai asmara
debar berkibar di halte lagu
malu memicu gerakan dengus kereta
dada terdesak menerobos peron
terseret belacu mengharap usapan
kepala kekasih menanti menyeret
ke lubang hitam diayun desing kendaraan
malam bergetar membuka kelambu
sejoli lepas tanggal baju bulan
bergayut pusar badai asmara
di batas senja merah kerinduan putih
berkilau gelora laut dengus kereta
menerobos peron sejenak dirindu
menyeret ke lubang hitam memanjang
gurat puisi dulu ibu lembut sodorkan puting
ke mulut mengombak sekarang sunyi
dibiarkan meremas memerah diksi dalam
menggumpal gelora dara pedas lumpuh
mengharap usapan menyingkap tanda
diksi dililitkan kain kafan menuju
batu hitam disurukkan tubuh seluruh
dalam puisi diam henyak nama-Mu
damai rahmatMu menggelungku dalam-dalam
berendam desir nafas hari saling memburu
menyembur di mulut fajar liur
lelehan kepundan puting malam birahi
tak hanya liur terapi berapi
jemari pun meniupkan signal semantic
semiotika kacau pada puting-puting puntung
menuju lembah-lembah merahnya merah kemarau
njekut sehingga terperosok terjorok kokok
rindu perjaka hilang kampung menerang bayang
paling mentah memorak-porandakan angan
kelam sudut rembulan merayapi punggung
bukit terseret gelombang lava jejaring
serangga kaki delapan menutup cakrawala
jika keberangkatan itu tiba bunga
sedang kata menyerbak pada nisan
selalu saja kapan kita sempat memusikalisasikan
membingkai dalam swa-foto nan-sexy
bergoyang malam rembulan pesona dewata
menggelinjang gerah hingga punah dada
pun pecah terjentik bayang wajah
atom angin berhembus pesona nyala
belatung-belatung birahi berkobar kembali
baling-baling meredam lahar dada garing
matahari menyedot dekap panasnya angan
risik dedaun mengingatkan jejakmu samar
menyelip hari gelora laut menyeret
ke lubang hitam menyingkap dengus
kereta menerobos peron sejenak dirindu
sekarang dibiarkan meremas memerah diksi
dalam sunyi keabadian puisi-puisi pendek
terpincang-pincang risik dedaun ranjang malam
pualam menggeliat menuju titik kulminasi
paling anggur rindu puasa kelam
desakan sumbatan leher lima rasa
tertembus kabut meluncur di celah
basah perlahan menggaduh riuh jejalan
imaji menjorok di rambut waktu
terbelah mengingatkan jejakmu menyelip hari
ransel disandang ringan dengus kereta
menerobos peron sejenak dirindu pemudik

Columbus Sun No 13 20 22 08:03 pm

9

GERHANA KEBIMBANGAN

Saat terkurung sepi
hati bagaikan gerhana
kehijauan alam tak bisa dipandang
langit biru bertukar kelabu
dada sempit memerit
nafas tersekat
jasad terikat
mulut terjahit

Anantara hidup dan mati
kita perlu meniti
betapa pun perit gelombang menerjah
kepayahan bukan alasan
untuk diri kental berjuang
melepasi lorong-lorong kebimbangan

Gerhana itu cuma seketika
beredar bila tiba detiknya
persis tengkujuh dan kemarau
beralih monsun
cerahlah kembali

Gerhana itu adalah
kesakitan dan kesesatan yang sementara
seumpama planet melintasi orbit
dari titik awal kan bertemu akhir.

CT NURZA
Kajang, Selangor
14 November 2022

10

MALAM 14 RABIULAKHIR 1444H

Malam 14 Rabiulakhir 1444 Hijrah
baru sahaja menerjah hari
menutup cahaya rembulan
bermakna sepi.

Bintang-bintang bagaikan mati
kerana gelap telah merajai
malam tidak mampu bercerita
tentang indah purnama.

Suara bisikan berlagu hiba
kudrat Allah, bukti dan kuasa
setelah sekian waktu, perjalanan bulan
membawa kita melihat langit malam
tiba-tiba menjadi gelita.

Malam panjang di sini
menghadirkan mimpi ngeri;

Bagaimanakah andai kegelapan ini
terus kelam dan esok tiada matahari?

Dalam doa dan istighfar
solat sunat dan khutbah gerhana bulan
sejadah cinta menebar munajat
semoga dunia belum kiamat.

Terima kasih Allah
Engkau kembalikan purnama
gerhana telah beransur pergi
uijian singgah sebentar cuma
saat keberadaan bumi di tengah-tengah
di antara bulan dan matahari.

Fenomena alam ini
untuk insan muhasabah diri
takdir gerhana hadir menguji
sabar tidak persiapan diri
sepanjang jalan menuju abadi.

NOORLAILA GHAFAR
Jertih, Terengganu.
14 Rabiulakhir 1444H

11

Moh. Ghufron Cholid
BILA GERHANA MENYALAMIMU

Bila gerhana menyalamimu
Dan kau tak punya cara mengubur pilu
Mari, kemari lah kudekap kau dalam doa
Kubasuh segala resahmu dengan tangan cinta
Sampai kau lupa alamat airmata

Junglorong, 14 November 2022

12

KISAH YANG TERTULIS

titisan hari bersambut
antara siang dan malam
bingkisan melukis kenangan

aku memandang ke awan
rawannya menggelincir warna
cahayanya memancar suram
tika bulan disambut malam

anjung siang mengesot jalur
numpang seketika di terik mentari
antara kasih bulan mumpung tubir
harapannya menyambut gerak hari
rembulan suci berwajah memerah

episod berulang menancap sejarah
gerhana menyimpul tanda kebesaran-Nya
tetap anggun dipancaran pamer
tulisan kisah kenangannya
kutuliskan di sini
agar esok ditatap kembali

Zarir Ali
Kubang Palas
14 November2022

13

Rahu, Telanlah Tubuhku!

I/

kau Rahu,
kepala tak bersatu
di malam bungkam
di hening tak tertahan
kau datang,
meminta tubuhku
untuk kautelan

II/

aku menatap
seribu kebencian itu
masih nikmat terbakar
takkan pernah dingin
di buah matamu

apalagi kita,
adalah dua pendar cahaya
yang takkan pernah menyatu

di luas kanvas semesta
seluruhnya menatap kita
tak mengganti pandangan mata

zaman terus bertukar warna,
generasi terus berkecambah
dan semesta sudah berbeda
tapi kita akan selalu sama

III/

silakan telan tubuhku!
nikmatilah darah suciku!
jika memuaskan dendammu

telan juga tubuh Candra
dalam bagian siklus kehidupan
yang selamanya takkan usai

14 November 2022

14

Vito Prasetyo
Bulan Berbingkai Retak

Ada yang tersisa di bening matamu
segumpal rindu dari masa lalu
seakan lantunkan nyanyian langit
Engkau mencoba menjaring cahaya
dari sisa-sisa senja yang kini berbaring letih
Di ringkih waktu, malam mulai berpijar
mata kita kian samar
menatap tembok-tembok langit dalam peraduan gelap
Di atas sana, bintang-gemintang mungkin bercengkerama
bulan pun makin merona merah
seakan tersipu malu, tertelungkup di garis-garis cahaya
perlahan bangkit mempercantik diri
meski cakrawala malam tak pernah tertulis dalam keindahan sajak
Hingga tangis di sudut matamu semakin mengalir deras
sejuta aksara tetap menari-nari
mengukir purnama dalam kerinduannya
dan dua larik sajak yang kutulis begitu rapuh
untuk mengeja kesempurnaan gerhana
sebab malam kian larut dan gelap
di penggalan waktu, bingkai malam mulai retak
tak ada lagi mimpi indah

gerhana bulan hadir begitu singkat
Entah dengan cara apa
sajakku memisahkan rindu dan gelisah
bingkai bulan telah retak
tangismu bagai gerhana abadi
yang menghapus sitir-sitir indah sajakku

Malang, Indonesia – 2022

15

PUISI CENTO TENTANG GERHANA

Gelap malam tanpa bintang
Kelam kembali menyarang
Sayap udara sedih dan berduka
Untuk sebuah cinta yang mati

Kepada matahari yang mengindakanku
Tidak dapat kulukiskan sepenuhnya
Perjalanan cinta yang kita lalui
Ketika menjadi gerhana bulan.

Seakan tak mengerti apa yang terjadi
Kubersujud memohon ampun kepada Allah.

Surabaya 15 November 2022
Oleh : Gatot malaisianto

Sumber puisi :
1. Puisi gerhana cinta : Anonym
2. Puisi gerhana cinta : Anonym
3. Puisi gerhana bulan : Unit kegiatan mahasiswa penulis.
4. Puisi gerhana bulan : Unit kegiatan mahasiswa penulis
5. Puisi gerhana bulan : Anonym
6. Puisi gerhana bulan : Anonym
7. Puisi gerhana bulan : Anonym
8. Puisi gerhana bulan : Anonym
9. Puisi cinta cinta diakhir gerhana : Artis Soraya
10. Cinta tanpa alasan : Pradi Bali.

16

KAMU DAN GERHANA

Gerhana bulan adalah ketika bulan
Lewat tepat dibelakang bumi
Dan masuk kedalamnya
Dunia diselimuti kegelapan

Tanpa tahu kapan mentari bersinar kembali
Terkadang aku terbangun
Tanpa tahu apakah dunia terlihat benar

Ketika kamu menatap langit
Hanya tampak kata kata dasar batu karang
Yang tergurat dalam seruanku
Kau akan diselimuti kegelapan

Tetapi kegelapan ini tidak akan membutakan penglihatan
Hanya merupakan suatu distorsi
Tidak sama seperti saat kau tidak dapat melihat seseorang
Jika mereka berada didepanmu

Kamu tidak dapat melihat alasannya
Terkadang kegelapan hanya berlangsung sekejap
Terkadang berlangsung cukup lama
Perlu kau ingat, hanya seperti bulan

Bergerak melalui bumi
Dan meninggalkan kegelapan
Bulan harus dikonsumsi
Agar mampu bersinar kembali

Kegelapan akan berlalu
Kamu dapat melihat semuanya lagi
Bulan akan meninggalkan kegelapan
Dan bersinar kembali

Satu hal yang perlu kau ingat
Kamu tak ubahnya seperti bulan
Meningggalkan kegelapan
Dan kemudian bersinar kembali

Mapalas Univ.dr Soetomo Surabaya 15 November 2022
Oleh : Gatot malaisianto

Bio data penulis.
Nama : Dr Gatot malaisianto Phd
Tempat / tanggal lahir  : Surabaya 22 November 1064
Pekerjaan : Penterjemah
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Mapalas Univ. dr Soetomo Jl semolowaru 84 Surabaya
Email : malaisiantog@gmail.com
Hobi : Penulis memiliki hobi memilik hobi menulis puisi, cerpen dan Novel sejak aktif ikut kegiatan Mahasiswa Univ.dr Soetomo dan mengisi majalah kampus cendekia. Novelnya yang berjudul “Love on the slope of the mountain” diterbitkan oleh London pers, Bold Christian University USA tempat penulis mendapat gelar Doctor dan professor untuk jabatan directory advisor.

Hormat kami:
Penulis
Dr Gatot malaisianto PhD.

17

TAMSILAN CANGGUNG ANTARA KELEKATU DAN GERHANA 

katamu gerhana 
adalah gelap sementara
kelak cahaya 
akan muncul kembali…,
seperti kelekatu terbang tinggi
hingga ke puncak lampu jalan
bakal ditarik graviti. kembali ia
ke tanah semula. tahukah kau,
aku tidak gusar akan cahaya
kerana ia pasti kembali –
sebagai muasal cahaya 
sedangkan nasib kelekatu
(sang pencari cahaya itu)
ia kembali setelah berubah —
menjadi gerhana selamanya.

IBNU DIN ASSINGKIRI
Simpang Ampat, Pulau Pinang
14 November 2022

18

MEMBACA NERATIF GERHANA

Bulan gerhana
disimbah hukum cakrawala
suram di langit mega

Hati gerhana
diterjah dugaan hidup
wajah ceria dibungkus redup

Dunia gerhana
dijerkah pandemik membunuh
sunyi suasana bagai lumpuh

Apakah gerhana
yang menelan cahaya
petanda isyarat Tuhan
sumbu cahaya kehidupan
bakal padam

LARA MN
Kuala Terengganu
27052021

PROFIL RINGKAS PENULIS

NAMA SEBENAR: MAT LAZIM @ MAHASAN BIN NOOR
NAMA PENA: Lara MN / Lazim Noor
NO.KP: 610105…
TELEFON: 0199535639 / 096195037
ALAMAT RUMAH: LOT 5456, TAMAN MAS, BUKIT PAYONG, 21400 MARANG, TERENGGANU.

19

Isbedy Stiawan ZS

IBU, BULAN
SESAAT LAGI PUNAH

ibu, lindungi bulan
sesaat lagi punah
ditelan matahari

jika bulan tiada
bagaimana aku
bisa menggambar
wajah perempuan
yang kucintai?

ayah, siapkan galah
gebah matahari
yang memangsa bulan

“lihat, tersisa sedikit
malam begitu pekat!’

kalau bulan punah
bagaimana kuumpamakan
wajah kekasihku? tiada
sebutan seindah rembulan

gerhana di langit
jangan matikan
cintaku

: pada wajah perempuan,
ibu

Lampung, 2022

20

GELAP SEJENAK ALAMKU

Karya : Wawas Wasini (Emel: Ibu Wawas)

Sejenak tengadah dibawah pancar cahaya yg perlahan memudar menuju temaram warna kekaburan
Terasa tak begitu berkesan sakral peristiwa ini
Kemelut tebalnya awan dan rintik hujan sembunyikan
Kisahmu yang terjadi saat senja menyapa dan adzan Maghrib berkumandang

Ku maknai kehadiranmu sebagai petunjukNYA pada penghuni alam ini
Bahwa kita diharuskan terus menerus mensyukuri 
Bahwa kita tetap setia mengabdi dan mengharap ridha
Bahwa kita adalah makhluk yg tersadar dari hikmah peristiwa gerhana ini

Alamku gelap dalam hitungan menit
Terjadi dalam perjalanan bergantinya hari
Pertanda kebesaranMU yang tak terjangkau akal 
Manusia yang dibekali akal dan hati
Memaknai peristiwa ini bukti nyata kekuasaan-Nya
Yang wajib dijadikan hikmah untuk semakin mendekatkan diri memperkokoh iman diri.

21

GERHANA DAN CAHAYA
Oleh : Tuti Susilawati 

Gerhana kekuasaan Ilahi
Cahaya mentari tertutupi bulan
Gerhana mentari namanya
Cahaya mentari seluruhnya  tertutupi 
Gerhana mentari total  namanya

Cahaya Ilahi terangi kalbu
Gerhana menutupi cahaya 
Cahayanya hilang bagai kegelapan malam
Gerhana kehadiranmu misterius  bagai tamu tak diundang
Gerhana mentari total membuat manusia ketakutan

Cahaya mentari berbentuk  cincin
Gerhana mentari  cincin
Cahaya mentari berbentuk bulan sabit
Gerhana mentari sebagian
Cahayanya berbahaya jika dilihat langsung

Cahaya mentari tertutupi bumi 
Gerhana bulan namanya
Cahayanya tak berbahaya jika ingin menatapnya
Gerhana bulan 
Cahayanya redup 

Cahaya mentari dirindukan penghuni bumi
Gerhana perubahan rasi bintang
Cahaya mentari nutrisi bagi makhluk hidup di bumi
Gerhana di waktu siang menghambat aktivitas 
Cahaya laksana petunjuk Tuhan dalam mengarungi kehidupan

Cianjur, 14 November  2022

——————————————–

Bionarasi

Tuti Susilawati, nama saya. Ibu rumah tangga dan guru di MTsS Ats-Tsuur Karangtengah Kab. Cianjur Jabar serta pembina eskul literasi di madrasah. Ada beberapa antologi yang diikuti bersama para penulis di nusantara dan mancanegara. Serta membuat buku tunggal berjudul “Hitam Putih Kehidupan”.

No. WA : 083871011759

22

GERHANA, TEGURAN SARAT MAKNA
Karya: Wawas Wasini

Gerhana ……..
Sebuah penomena alam ku yg mulai ragu dengan kesyukuran penghuninya
Ragu pada keteguhan hati membela iman di tengah pengkhianat zaman
Ragu pada kekuatan doa orang-orang yang teraniaya
Ragu pada kemuliaan hati manusia berkalung sorban
Ragu pada kejujuran dan keteguhan doa orang tua
Yang abadi berucap bijak demi kebaikan anak keturunannya kelak pada massa nya

Saat ini ramai terjadi berbagai perilaku penyimpangan
Menjadi satu kebanggaan dalam aktivitas ramai
Seolah hilang kesadaran akal tuk yakini bahwa itu 
Sebuah dosa besar yg dilaknat agama mana pun
Saat ini terasa biasa dan ringan dilakukan
Banyak anak anak yang menghardik orang tua
Guru guru dicaci jadi guyonan saat memberi ilmu yang dibilang tidak sesuai zaman
Anak muda dengan ringannya berjalan umbar aurat
Penyuka sesama jenis mulai jadi tren anak gaul
Bahkan mereka serukan kebanggaan luar biasa
Atas yang berlaku pada prilaku buruk itu
Semua adalah penomena zaman yang perlahan menjauh dari ajaran-Nya

23

NASIHAT GERHANA KEPADA MANUSIA

Melihat dari jendela Tuhan
Ada cahaya gerhana bulan
mengoyak bibir langit kayangan
pada wajah malam kenangan
rasa cinta pada takdir kehidupan

Wajah berwuduk penuh kesyukuran
dalam bantal menikmati keindahan
teropong fikir sebuah bekalan
sesungguhnya Dia membawa kekuatan
untuk sedarkan manusia dari kekufuran

Ketika bulan menjahit harapan
semua alam memeluk pedoman
kata Tuhan penuh kebenaran
mampukah kita selesaikan tugasan
sebelum dunia ke puncak kehancuran

Karya;
Gabriel Kimjuan
Taman Mutiara, Labuan, Malaysia.
14 November 2022

24

GERHANA PEMBAWA CINTA
Karya: Wawas Wasini

Bersama gerhana ……..
Ku semakin intens memadu kasih beruntai tasbih
Berharap ampunan dan rahmat-Mu
Lantunan dzikir panjang penuh puja dan puji
Pada keagunganMU yang maha melindungi umat
Dari akibat buruk yang terjadi dalam gerhana ini
Terucap doa doa dari sujud panjang 2 rakaat
Penuh harap hikmah kebaikan atas peristiwa ini
Terjadi atas kehendak dan rencana-Mu

Rabb ku …….
Bilakah gerhana ini sebagai tanda kebesaran kuasa-Mu
Bilakah gerhana ini adalah teguran mesra-Mu pada makhluk seisi jagat raya ini
Bilakah gerhana ini wujud peringatan-Mu pada kami yang kurang bersyukur atas karunia-MU
Berilah kami kedamaian dan keselamatan dalam mepertahankan keteguhan iman dan Panji Islam sebagai kebenaran agama-MU

25

BULAN DARAH
(Blood moon)
Oleh: Nuri Febrianti

telah tergantung di titik tinggi
perawan malam menari penuh cahaya
rona wajahnya membius segala rumah jalang
amat berisik oleh resah pengasuh meteorologi
di ujung puncak jelaga
terhadang raja dengan gerak gesit meluruhkan semua,
menenggelamkan purna asmara,
tabir rindu menunggu absen gadisnya
waktu tengah menyisik kulit cahaya
;sang perawan malan
dihinggapi takzim kepada pusaka gulita
senti demi senti sedang terjamah peluh nan teduh
tak ayal jua sirna segala nyala perdu pada relung kalbu

kini tersisa hanya garis membentuk lingkaran gadis memerah,
penisbatan semesta terserak lumpuh
ulah singgahnya sang raja.

Bekasi,14.11.2022

BIONARASI:
Bernama lengkap Nuri Laksmi Febrianti, lahir di Jakarta tahun 1986. seorang ibu dari dua anak yang saat ini tinggal di Bekasi Jawa Barat. Mulai menekuni dunia literasi dari tahun 2020. Karya saya lainnya sudah lolos kurasi seratus penyair tahun 2022 dalam ajang seabad chairil yang di laksanakan oleh Taman Inspirasi Sastra Indonesia, juga lolos kurasi satria publisher bersama seratus penyair nusantara dalam ajang peringatan tiga tahun perjalanan Satria Publisher. Dapat dihubungi di no. WA: 0896.5279.4151 atau email ailanuri321@gmail.com

26

SEBALIK GERHANA

Maka bertembunglah jasad cakerawala
bulan matahari dan bumi
dalam tika yang berbeza
nama yang berbeza
gerhana bulan penuh
gerhana bulan separa
gerhana cincin
gerhana matahari anulus
gerhana matahari cincin
maupun gerhana matahari penuh atau separa

Kebijaksanaan alam manusia dalam pencarian punca
bertitik pada Kekuasaan-Nya

Gerhana bukan fenomena biasa
malah adalah tanda Kebesaran
Kekuasaan Maha Pencipta
menyerapkan keinsafan dalam gelap alam  dan merahnya rembulan
semua dalam keajaiban peraturan-Nya

Manusia adalah hamba
sedarlah bahawa ini menjadi iktibar
perteguhkanlah keimanan
dalam menggali rahsia Keagungan Allah
Azzawajalla

Solat sunat gerhana bersujud pada-Nya
perbanyakkan doa mohon keselamatan
bertakbir bertahajud berzikir dan istighfar
mohon keampunan
bersedekah amalan kebajikan
mensyukuri
memanfaatkan nikmat kurniaan
jauhi tahyul dan kemungkaran

15.11.2022
Hamimah Ibrahim
Kluang, Johor, Malaysia 

27

MALAM 47 MUSIM
DI KELILING LILIN

Malam empat  puluh tujuh musim
Di keliling  lilin  dikecepatan angin
Ya? engkau  saksikanlah aku taat
Arah vakum  pada tirai beringin ini 
Banyak gerhana melirik malu slalu

Melati hitam lebih pantas kutanam
Defisit udara saat ini  sangat rakus
Serupa  Srigala  jatuh cinta di bukit
Tapi terlunta lunta rindu  tiap ajang

Pegasus yang dia harap melelahkan
Mana mungkin bijak , rupapun  tidak
Mampuslah dibinasakan  salju salju
Tatkala  tanggung jawab  berjendela
Tidak  sesejuk embun  berkisar ufuk

Kini, ia dilanda badai kemboja ,hati
Seragam bawang putih bila nol nya
Banyak mata rantai  pandangannya
Maka hari hari itu membuang muka
Lebih lebih  ke dini hari  mengarang –
gerhana berlebihan mohon kematian
Secepatnya, dasar tak tau diri dia

bt13112022

BIO:

Nama darat CANDRA
Nama maya Chanchan Parase 
TTL
Medan 11061975
Suku Padang
Menikah 
Sekolah terakhir SMK
Alamat sekarang Batam
Kampong Agas no 10 Rt 1 Rw 7
Kelurahan Sei Harapan Sekupang Batam Island

Aktif bermedia sosial dari 2012.Dimulainya kembali menulis puisi semenjak vakum di tahun 1997.Sekarang tergabung di sanggar Tarmizi Rumahitam Batam. Berbagai Antologi bersama sudah di kantong. Seperti:

-Gugus Waktu 2017
-Titik Rindu.     2018
-Soekarno.       2018
-HAIKU Hasanah 2019
-Sonian.            2019
-Jantung Kata Sehimpun Sonian 2019
PASAMAN Puisi Nusantara 2019
-FSIGB 2019.2020.
-Pusai bersama dalam asuhan pemula Pak Giek Sugiono Mpp 2018
Tergabung dalam Puisi sedekah Yatim 2020
-Poesis I,II 2021.2023

Hp/WA 082169691329
Email: winatawinata80@gmail.com
Alamat Kecamatan Sekupang. Kelurahan Sei Harapan RT 1 Rw 7no 10 
Post 29428

28

Remang Malam
Karya Aah Rb

Ta’jim atas segala penciptaan-Mu Ya Rabb
Hatiku terenyuh mengingat khilaf dan salah
Purnama menawan hati yang memandang
Seketika hilang di remang malam

Pertanda alam bercerita
Akan sebuah kekuasasn-Mu yang tak terbatas
Ku bersimpuh sujud mohon ampunan-Mu
Jagalah hatiku untuk menerima cahaya-Mu

Jauhkan hamba dari gerhana hati
Sehingga selamat melangkah 
Mendekat ke arah-Mu ya Rabb
Terimalah sujudku ya Rabb… Ridho-Mu ku harapkan

Burujul Wetan-Jatiwangi 15-11-2022

29

Agusta
MENGHILANG PURNAMA DI KESEPIAN MALAM

Membaca iktibar dari ayat ayatmu yang tidak tertulis dari terang cahaya lalu kau lingkarkan cincin hitam pelan pelan tertutuplah pesona cahaya meredup dan gelaplah ia

Akan berulang dalam lipatan lipatan waktu yang entah ditahun mendatang ataukah menutup melewati usiamu yang tak akan menemuinya lagi

Menghilanglah purnama dikesepian malam menggigil dalam kesendirian waktu meniupkan sepi merambat dari ujung pori pori mengisyaratkan literasi tuhan mesti harus dieja dari sisi entah yang mana

                                             bwi.151122

Lantas berserulah, bermunajatlan dalam lembar sajadah rundukkan dua rokaat saja agar segera bergegas kembali bisa menyapa purnama tidak berlama lama

30

LAKON GERHANA

Karya: Wawas Wasini
Wawas Official <wawaswasini@gmail.com>

Kisahmu begitu terkesan sakral dan keramat
Sarat aroma mistis dari laku yang kaku
Adamu bak bayang bayang pembawa petaka kegelapan zaman
Roda waktu menari nari dalam tabuhan bambu 
Sekedar pembuktian bahwa kita masih ada
Geliatkan zaman yang mulai lupa pada kodratnya
Yang berkembang mengarah pada peradaban tak bertuan
Yang bangga pada perjalanan penuh dosa dosa
Yang setia pada solidaritas berselimut larangan agama

Kerap kali sosokmu terkait pada banyak macam ritual
Segelintir orang yang merasa perlu penyambutan
Namun sejauh ini yg ku saksikan
Perjalanan panjang nan menguras karang ego
Tak sampai menghentikan arah angin
Dari haluan menuju buritan kepenatan takdir
Berharap luruh turun keajaiban semesta
Yang menuntut syukur danlirih doa
Atas kedatanganmu dari sanghiyang Widi nan suci.

31

BAYANG-BAYANG DI GENGGAMANMU

di antara sayap Jibril
seorang lelaki
menajamkan kata-kata
dalam lorongan sunyi
di bawah bayang-bayang
yang tidak terlerai
di genggaman-Mu.

tetes air melarutkan
rahsia yang mendiami
rumah diri
saat gerhana penuh
menanggalkan dukanya.

Tuhan, merah di langit
membalut jauh ke dalam
menumbuhkan daging-daging ini
untuk sehari lagi.

ZULKIFLI MOHAMED
Kemaman, Terengganu

Emel: pondok puisi <pondokpuisi@gmail.com>

32

GERHANA MATAHARI
Husin Sutanto

Saat bulan mungil numpang lewat
di tengah mentari dan bumi,
alam jadi kelam, hewan malam terjaga,
menyambut Daud-bulan
kalahkan Goliat-matahari.

Bandung,
15 November 2022

33

BULAN TERMAKAN
astutie

Bulan memerah di batas cakrawala
Membelah kelam menanti niskala
Dilatari lantunan kidung puja
Raga merasuk menyatu semesta

Getar gambang mengiringi penembang
Bagai mencabik jiwa bimbang
Mencari arah mengatur pandang
Meraba celah langkah lajur bercabang

Bulan termakan bayang temaram
Merah darah melintasi kelam
Bagai mengikut peralihan alam
Jejak sukma beringsut tenggelam

Putaran waktu berguling merentang
Rona menembus kelam ganti benderang
Satu-satunya jalan membentang
Arah kebenaran dan hidup terpampang

Di bulan jatuh ku temukan jalan
Di laut Penida membalik tujuan

Klungkung, 15/11/2022

BIONARASI:
Jullie Astutie, menyemat nama pena Astutie dalam karyanya, seorang ibu rumah tangga yang
suka membaca dan sedang belajar menulis. Tinggal di Kabupaten Klungkung, Bali, Indonesia.
Untuk mengembangkan kesukaannya akan menulis, khususnya puisi telah bergabung bersama
Competer Indonesia yang digawangi penilis Muhammad Asqalani eNeSTe.

34

INDAH KARYAMU, TUHAN
Oleh: J.A Pakpahan

Mataku rabun jikalau kau datang
Tak kulihat jalan lurus meski itu siang
Tak ada undangan pun permintaan
Kemudian pergi tinggalkan kenangan

Indah kata mereka untuk hadirmu
Sementara gadis kecil menangis tak bertemu
Siapakah engkau datang terus berpaling?
Lalu apa makna jika menunggu bertahun
untuk sekejap meninggalkan kesan berbeda?

Itulah engkau yang gelap dalam bayang-bayang matahari
Sebuah cincin indah terpancar darimu
Membuatku tertunduk dan memejamkan mata
“Pada gerhana ini aku berdoa, ibu”

Setelah engkau pergi siang pun kembali
Menjadi cerita bergambar dalam televisi
Walau sekejap namun berarti
“Indahnya karyamu Tuhan”

Mataku rabun adalah ketakjuban

Siang menghilang sementara
Untuk keindahan yang tercipta
Itulah engkau sang gerhana

Jambi, 13 november 2022

35

MENGAPA BULAN MENJADI MERAH
Oleh: Eva Nurul Khasanah

Gerhana telah lama kau, 
mengapa bulan menjadi merah, 
jika kau bergerak dalam bayang-bayang
berada di ruang lain? 

Kau tertutup bumi, 
kita sejajar tepat satu penggaris, 
sepanjang mitos itu ada, 
dan ritual-ritual masih. 

Seperti cincin yang melingkarmu
atau bayang-bayang gulita
barangkali tak percaya ini
menyatu pada mu. 

Kau nyata, maka mengapa
mata ini tak terbelalak. 
Berlagak, mengelak, 
tak enak sebenarnya. 

Yang sebentar sepertimu
aduhai terlupa, terluka. 
Kedua bola mata ini lengkap
mengapa? 

Yang tidak setiap hari seperti mu, 
berkedip-kedip selalu. 
Memandang, sekedarnya
sadarlah kiranya? 

Yang di kejauhan 
sedekat itu, mendekap. 
Esok hari, 
akankah sama?

Yang banyak sampai, 
yang dulu-dulu. 
Yang kau pernah terbelah, 
akan terbelah lagi? 

Tak tertutur, terhibur. 
Alangkah elok tabir mu. 
Mengapa aku menjadi yakin? 

Yogyakarta, 14 November 2022

Biodata Penulis

Eva Nurul Khasanah, tinggal di Kulon Progo. Mahasiswi Prodi PBSI Universitas PGRI Yogyakarta (UPY). Puisi berjudul “105 Kata untuk Mimpi Ku” mendapat juara 3 di Pekan Jurnalistik (2019) yang diadakan kampusnya. Karyanya tersiar di sejumlah media online dan antologi bersama diantaranya Kluwung Lukisan Maha Cahaya (2020), Sajak- sajak Perjuangan (2020), Nayanika (2020), dan Duhkita (2021). Sekretaris komunitas Sastra-Ku ini tinggal di Sidorejo Lendah Kulon Progo.

36

SAAT REMBULAN GERHANA DI KEDUA MATAKU

Kau tak hanya melahirkan hening. Atau rasa kangen yang tiba-tiba hadir.
Namun—Aku.

Ketika dua pasang mataku menangkap cahayamu. Rembulan yang rembang,
mengambang di langit-langit kamarku.

Tak ada sesiapa di atas sana. Hanya seketika mataku terbuka. Seperti sepasang
pintu. Kudapati dirimu bersandar di antara tulang rusukku. Dengan cahaya tak lagi
kuning keemasan tapi warna merah jambu.

Dan, puisi-puisi tercipta dari rasa kangenku pada wajah-wajah itu. Saat rembulan
gerhana di kedua mataku.

Kaliwungu, 2022

BIODATA:
Ngadi Nugroho, lahir 28 Juni di Semarang. Indonesia. Sajaknya masuk dalam beberapa antologi (Pujangga Facebook Indonesia, Progo7, Dunia: Penyair Mencatat Ingatan, Lampion Merah Dadu, Jazirah XI dll) beberapa pula masuk di media online (Umakalada News, Litera.co.id, Suara Krajan.com, Mbludus.com, Kepul, Riausastra, Pronusantara, Negerikertas, Media Indonesia, Majalah Elipsis, Majalah Sastra Santarang, Sumenep news, Potretonline, Tatkala, Harian Haluan, Balipolitika news, Magrib.id, Barisan.co dll). Email: ng.adinugroho81@gmail.com

37

REMANG DEWANGGA WAJAH REMBULAN

Saking mendamba cerlang bulan
ruapan rasa beku dilangit
menjadi bungkal serakah
memuntahkan bara
tersambar api bintang

bulan bukan dipunyai seorang
meski perayu bersayap rindu
berulang datang meminang
bahagia tak menunduk dipaksa
menyuguh hati lara

hari ini rembulan terluka lagi
dihiris-hiris gerhana
menitik darahnya di mata
meremang dewangga
ada perkhabaran
mengejut sekujur iman
yang bukan sebentar terpukau
pada rias-rias dosa
tersesat jauh dari taubat

purnama menghitung umur
tak tercicir satu pun nama
riwayat umat manusia
bait-bait hikayat terlorek di telapak
perenggan demi perenggan
takdir membawa jejak
perjalanan hidup bertemu matinya

gerhana wajah rembulan
serupa delima menatah gelita
adalah seputar derita
mencari bahagia
jawaban untuk jiwa
enggan berputus harapan
menatang doa.

IFFA AINI HAMD
Tangkak, Johor.
15.11.2022

38

SAAT GERHANA BULAN
Oleh : Roy Frans s

Saat aku menatap Bulan
di bibir dermaga,
kerlip suar di kejauhan,
lampu jarak penghias meja,
setangkai lilium bosniacum,
jadi saksi.

kita menikmati malam seperti angin bercumbu dengan dedaunan.
Kau terdiam, saat tanyaku tentang ikatan antara kita.
Dalam diam, gigil selimuti tubuhmu.
Sebuah kertas kosong
kau tulis hanya segaris
raut wajahmu pasi
lalu menyerahkan padaku.
“Per cieri!” aku baca.
Sejenak aku jadi arca
pikiran berkelana

kau hanya menatap malam dalam diam.
Lalu gawaiku berburu arti.
Senyum menyeruak.
Sebuah petunjuk buatku bersimpuh.
Kau seperti bulan di saat gerhana.
Wajahmu merah merona
menatapku tanpa berkedip
hamburan senyum begitu hangat.
“Bulan, jadilah istriku!” pintaku.
Kau jawab dengan dekap erat.

Bekasi, 14 Nov 2022
Per cieri artinya saat gerhana bulan.

Nama saya Roy Frans S, nama panggilan Roy Dabut. Berdomisili di Bekasi. Berusia 42 tahun, memiliki seorang istri dan 3 putri. Saya adalah seorang ASN di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan sekarang bertugas di KPU Bea Cukai Tipe C Soekarno Hatta. Saat ini saya bergabung dalam CLiF (Customs Literacy Forum), Komunitas Sastra Kemenkeu, Kelas Puisi Bekasi (KPB), Competer Indonesia dan Satupena DKI Jakarta. Telah melahirkan buku puisi berjudul “Terpesona Cinta” tahun 2021 dan beberapa karya pernah dimuat dalam berbagai antologi puisi dan media elektronik.
No HP/WA : 082166894040
Email : rdabut@gmail.com
IG : @dabutflo

39

GERHANA CINTA

Karya Wawas Wasini

Hanya beberapa menit saja prosesnya
Kau tampak gelap tanpa cahaya
Tak pucat namun merona gulita
Sejenak pesonamu hadirkan suasana kekaburan
Mencipta rangkaian rakaat teratur
Doa sang hamba bermohon agar baik baik saja

Mesk malam terasa sunyi tak beraroma
Dan gelap yang bercengkrama bersama purnama
Bercumbu ria saling bersua
Melepas hasrat kerinduan 
Tak peka pada seruan cintaNya
Tak pula sibuk menata diri
Namun jiwa jiwa lemah tanpa suara
Sentiasa memujamu
Dalam paraunya tangisan tanpa air mata

Ohhh gerhana ……
Cintaku luka,
Cintaku lara,
Cintaku meraung dalam khusyuk doa
Menyambut gerhana tiba
Pada sebuah perjalanan semesta

GERHANA CINTA
Karya Wawas Wasini

Hanya beberapa menit saja terlihat bercengkrama
Saling melepas kerinduan yang lama tak bersua
Kau tampak gulita tanpa cahaya
Tak pucat namun merona penuh makna
Sejenak pesonamu
Hadirkan suasana kekaburan alam
Mencipta rangkaian rakaat teratur
Laksana doa membias rangkai dzikrullah

Meski malam terasa sunyi tak beraroma
Dan gelap masih setia bercengkrama
Tak peka pada seruan cintaNya
Tak pula sibuk menata diri sempurna
Amun jiwa jiwa lemah tanpa suara
Sentiasa memujamu
Dalam tangis ratap tanpa air mata

Cintaku lara,
Cintaku luka,
Cintaku meraung dalam khusyuk doa
Menyambut gerhana tiba
Bercumbu ria antara purnama dan matahari
Saling bersua melepas kerinduan
Menghalau cinta yang penuh duka lara
Pada sebuah perjalanan singkat gerhana 

40

BAHKAN KEPADA MATAHARI
Karya: Fathurrohman

Kasih…
Lihatlah, cahayaku menjelma aksara
Yang menuliskan bagimu sebuah peristiwa
Garis imajinasi itu nampak sedemikian nyata
Menegas di bola matamu dengan tatap niscaya

Dan kepada bumi, aku berbicara perlahan
Tentang khatulistiwa yang membagi dua bagian
Melintasi bentang jarak sejauh utara dan selatan
Pada tiap sudutnya, harapan kita sandarkan

Dalam pijarku, khatulistiwa tidak pernah ada
Cukuplah terbit dan terbenamku sebagai pertanda
Siang malam terpisah pada batas yang berbeda
Tidak saling melampaui tanpa dimulakan jeda

Maka tak perlu risau perihal khatulistiwa
Lukisan hayal akan hilang saat aku benderang
Tetaplah menjadi penyejuk bagi dunia
Bahkan kepada matahari, saat ia menggerhana

Bandar Lampung, 14/11/2022

41

Memeluk Gerhana
Oleh: Levi S.

Bukan pada dewi malam
Bukan pula pada sang surya
Di mana kelam turunkan tabirnya

Lantas?
Siapa?
Atau apa?

Menapak di sepanjang bayang redup
Terhimpit sepenuh beban hidup
Bahu serta punggung rasa terbungkuk
Siku hingga lutut pun turut tertekuk

mewujud
sujud

Jurai asa masih jua bergayut
Di sunyi malam yang kian larut
Merengkuh gerhana dalam erat dekapan
Menuju benderang yang menanti di depan

Singosari, 15 November 2022

Biodata:

Levi S., penggemar warna biru berbintang Aries yang berdomisili di Singosari, kabupaten Malang. Hobi membaca buku, kuliner, menikmati musik dan alam. Pemula yang masih belajar dan terus menimba ilmu tentang perpuisian. Berkeinginan untuk mempunyai buku kaya sendiri. Pernah tergabung dalam AIS, Ruang Kata, Kepul, dan Competer Indonesia (sampai saat ini). Dapat dihubungi di FB: Levi S. atau IG: @lephi_dionly

42

TARIAN KENANGAN DI BAWAH GERHANA

Bulan tiada pecahkan sinar perak di labuhan malam
Tak sedia rumah cahaya
Seperti sebelumnya pecah sinar perak di riak air
Tiada sisa setitik bagai kunang-kunang sahaja

Kala itu, telah jatuh bulan timpa kaca
Ketika bintang tak berkerlip
Retak, belingnya berserak di ruas dada
Oh, perih tiada banding

Kelam tiba-tiba datang
Sunyi sangat, lengking piluku
Bagai spektrum memancarkan mekar kesedihan
Sebuah ingatan igau dalam senyap

Tak sampai tangan hendak kurengkuh balik
Bundar yang tenggelam di jemput-Nya
Senapan-senapan diletuskan cepat dalam kepala
Sakit tiada darah, di seret seratus duka

Aku bagai tahanan tak kuasa melawan
Dirajam sakit tubuhku
Bulan perlahan tenggelam dalam gelap kelam
Gerhana sampai di puncak dada

Malam bersemayam dalam jubah hitamnya
Saat tubuh puisi ditiupkan ruh dari api jiwa
Tangis tertahan, jatuh di jantung kata-kata
Detaknya menyayat hingga tak kuasa rindu

Meniti garis tipis sebuah kenangan

Garis malam batasi paruh bumi
Bulan biasa jadi cincin di jari manis redam
Malam tua, dan sedih hitam mengembus wajah kelam
Tenggelam ke malam tanpa purnama

Biasa pada malam temaram
Aku suka mengukur bundar bulan
Sebagai mana mata ibu
Telah terbenam tiada lagi purnama

Riau, 2022

Bionarasi
Nama Riska Widiana. Berdomisili di Riau kabupaten Indragiri hilir. Karyanya termuat ke dalam media cetak dan online seperti kompas, Babel post, Merapi, Nusa Bali, Waspada Medan, Kantor bahasa Bangka Belitung, Lombok post, Serawak Malaysia, magrib id. Cendana News. Dunia santri, Barisan co. Metafor id. Bali politika, Majalah elipsis, Hadila, semesta seni, Majalah Apajake Dll. Juga di antologi seperti (FISGB 2022) (Hari Puisi Indonesia, Masyarakat jember 2022) (Suatu hari dari balik jendela rumah sakit, Bali 2022) (Dokterku Cintaku, Denpasar 2022) (100 Tahun Chairil Anwar, 2022) (Madukoro Baru 1, 2022) (Negeri poci 12. Raja kelana, 2022) (puisi sepanjang zaman, Satria Publisher 2022) (Sebagai juara satu dalam lomba tingkat Nasional, Jakarta dan Kolaburasi) ( Peraih Anugerah sebagai puisi terbaik, Negeri kertas 2022) kategori puisi terbaik nasional oleh penerbit Alqalam batang dan Salam Pedia, 2021).

43

GERHANA PEMBAWA PETAKA

Karya Wawas Wasini

Riuh riang ramai manusia berkumpul
Di tempat tempat yang bisa jelas terawang
Oleh mata telanjang sekalipun
Mereka tampak gembira dan euporia
Menyambut detik detik datangnya petaka
Langka dan menggelitik rasa penasaran
Orang orang pecinta peristiwa alam
Yang beranggap itu momen berharga

Seperti riuhnya berkumpul di Padang Mahsyar
Hanya beda rona dunia gembira ria
Mereka bahagia berkesempatan ini dalam hidup
Jangan sampai tertipu silau dunia
Mereka rela berdesak dan terlambat sholat

Demi sebuah momen duniawi
Yang sakral mempesona alam ragawi
Demi sebuah peristiwa gerhana
Ada waktu tergadai tak bermakna
Ada cinta terbengkalai untai doa
Ada resah yg tak lalai menyapa rasa
Ada siksa yang tercipta kan nyata
Bekalmu di alam sana
Semua terjadi dari gerhana

44

EUPORIA PENOMENA
Karya: Wawas Wasini 

Bersatumu acap kali sebagai simbol
Fragmen kepiluan wajah wajah nestapa
Larut dalam buram mencekam
Bersatumu serasa nyeri menakutkan
Tentang berjuta doa bahwa persatuan itu indah
Namun hal itu tak berlaku padamu
Kalian harus tetap terpisah
Dan itu lebih indah
Demi kestabilan gravitasi alam

Persatuanmu pancarkan jingga kemerahan
Merona bak warna ceria terpendam
Risalah sinar janji janji luka
Bertabur singgasana lara cakrawala
Rembulan mencumbu sang Surya
Dengan ganasnya dalam beberapa menit saja
Mampu hadirkan sejuta makna
Antara duka lara dan euporia bahagia
Euporia penomena gerhana 

45

REMBULAN MERAH JINGGA
Oleh: Dewi Mayasari

Malam ini aku menatap langit
Sang rembulan merah jingga bersembunyi
Di balik bayangan bumi
Bulan tak lagi tersenyum, kau tenggelam bersama sunyi

Wahai Sang rembulan merah jingga
Gulita menyapa malam di antara kabut – kabut berawan kelabu
Bulan di telan Gerhana, Anginpun berdesah berlalu sendu
Bersama kerlip bintang yang tak bersinar, alampun menjaganya
Gerhana bulan merah jingga ,
Melempar sepi mendorong batas cakrawala di khatulistiwa
Temaram, tak ada cahayamu rembulan menggantung sempurna

Fenomena alam nan langka, menunjukkan kuasa-Mu
Kebesaran-Mu ya Tuhan yang Maha perkasa
Keajaiban alam , menguak takdir kesempurnaan-Mu
Di antara Umat-Mu lantunkan untaian dzikir
Sujud syukur melangitkan keagungan dan ampunan
MemujiMu dalam doa- doa , bertasbih dan bertakbir
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Inilah suatu tanda Sang Penguasa semesta alam

Bulan merah darah tersaput awan
Menapaki perjalanan sang waktu, Tuhan memberi peringatan
Tentang tanda-tanda fenomena alam yang terjadi
Hanya sekejap, telah sirna, kau mulai menampakan diri
Menyinari jagat raya, yang telah merindukan sinarmu
Cahayamu menerangi dunia

Indonesia, 15/11/2022

Bionarasi
Dewi Mayasari S. Sn, lahir di Majalengka 20 Desember 1969. Usia tak menyurutkan untuk tetap berkarya. Dunia literasi sudah
digelutinya sejak duduk di bangku putih abu abu, dengan mengisi Mading dan buletin sekolah, terus berlanjut di dunia kampus.
Dengan berkiprah menggeluti dunia teater, baik suttradara, penulis naskan maupun sebagai pemain. Pendidikan terakhir di
STSI/ISBI Bandung jurusan teater. Kiprahnya sekarang, selain sebagai penggiat seni, juga sebagai pengajar Seni budaya di MA
Nurussyahid Kertajati, MTsN 8 Majalengka, dan sebagai Tutor di PKBM ICM. Bergabung dengan AGP (Asosiasi Guru Penulis) Majalengka telah menghasilkan karya bareng berupa antologi puisi, antaranya:
Lembur Panineungan, Rhapsody 99 Nama, Buku Riwayatmu Kini, Doa Untuk Erril. Dalam proses menulis puisi tunggal dan Opini. Beberapa antologi puisi, cerpen, dan artikel telah dibukukan. Dari hasil menulisnya, banyak meraih berbagai penghargaan di setiap event baik tingkat nasional bahkan event International di Canada, Amerika Serikat dengan judul Achieve Dreams Future (Magazine to day, 2021). Selain itu, menulis naskah teater dan film pendek. Untuk lebih dekat bisa hub:
WA: 083872349872.
FB: Dewi Mayasari.
Email: dewimayasari020@gmail.com

46

CERITA  BUNDA
Karya: Wawas Wasini

Di bawah temaram cahaya merah merona
Saat rembulan asik bersatu memadu
Di situlah sosok gerhana tiba
Terhantar oleh kereta kencana
Berselendang kegelapan kabut penjemput malam
Bercumbu ria bersama sang Surya
hingga hilang ketakutan ku pada gulita purnama
Saat itu bunda lelapkan aku dalam kisahnya
Usah kau sesali tentang adanya kisah ini
Nanti mereka akan terpisah kembali
Sesuai rencana ilahi
Dan itu satu kegembiraan buatmu nak
Sebab si merah merona tak lagi kelam gulita
Sebab mereka tak sanggup berlama lama
Bersama gelisahmu
Sebab canda tawamu dalam riang menjemput mimpi
Lebih berharga dari hal apa pun 
Yang terjadi di luar sana

47

BANJIR ROB
Oleh: Winar Ramelan

Kabar dari Kuta
Tentang air laut yang tiba di depan pintu Hard Rock kafe
Ia digiring angin untuk menyambangi
Bukan untuk memesan makanan atau minuman
Mungkin ia hanya menyampaikan pesan
“ini aku yang menatap diam bertahun lamanya, tanpa peduli hiruk – pikuk di dalammu atau
kemabukan yang disajikan”

Sekali waktu air laut berlari dari garis pantai
Sekali waktu mereka membuat abrasi
Sekali waktu pengunjung berlari menjauhi
Meski mereka sudah pakai bikini
Yang semula berencana menyatu di dalam tubuh laut
Merasakan deburnya yang kadang seperti dimassage para terapis
Asin garam pun serasa lulur herbal
Terasa nikmat, penat pun terlarung di palung dalam

Fenomena gerhana bulan
Menjadikan air laut pasang

Sejenak mereka berkuasa
Menjadi pengguna jalan raya
Bahkan di belahan bumi yang lain
Rob menguasai pemukiman tanpa sertifikat atau surat kuasa
Karena mereka memang berkuasa
Setelah laut tak mampu menampung mereka
Atau setelah wilayahnya diambil paksa oleh manusia
: jadi siapa yang salah kalau sudah begini?

Denpasar 2022

BIODATA. Winar Ramelan lahir di Malang pada tanggal 5 Juni dan kini tinggal di Denpasar Bali. Puisi-puisinya terangkum dalam antologi tunggalnya Narasi Sepasang Kaos Kaki (2017) dan Mengening (2020). Puisi-puisinya juga dimuat di beberapa antologi bersama dan beberapa media cetak baik daerah maupun nasional.
Email : winarramelan@yahoo.com
No hp : 08980742477
Alamat : Jl. Nangka Selatan Gg. Paksimas 1A no 11 Denpasar Bali (80231)

48

Kisah Khayal Kakek
Karya: Rahma Khoirunnisa El Fahmi

Tengah ratri t’lah lampau, saat tiba berjaga
Duduk menolak kantuk
Berteman mantap halaman senyap
Minum jahe hangat, pembangkit semangat
Menonton drama alam maha hebat
Raksasa menelan bulan bulat-bulat.

Mega tipis terarus angin dingin
Bulan bundar bertengger di pucuk rumpun bambu
Sabar ku tunggu di halaman senyap
Yang gagal menyapakan senyum manis.

Bumi separo tersorot matahari
Oi … bayangan bumi mulai merambati dewi Ratri
Kisah khayal kakek dimulai
Transformasi bayangan jadi raksasa dahsyat ngeri
Orang desa memalu bunyi-bunyi meriah sekali.

Fakta berkata bayangan gagal menjadi
Setakat bulan muncul mengapung di langit lagi
Kakek berdalih, alih rupa raksasa tak jadi
Takut bunyi-bunyi nan seru sekali.

Yogyakarta, 15-11-2022

49

Ayat Kuasa-Mu
Karya: Ahmad Hidayat

Dewi malam dan sang surya
Berhenti sejenak menyapa dunia
Tunduk patuh pada Sang Penguasa
Untuk mempertunjukkan segala kuasa-Nya

Siang gelap malam pun pekat
Cahaya ke bumi tak bisa lewat
Hanya bulir-bulir cahaya ayat
yang jelas nampak menyemburat

Dalam jejak gerhana
Nabi memberikan pedoman nyata
Lewat untaian sabda
Menyeru syahdu semua umatnya

Gerhana adalah fenomena
Bukan karena suka maupun duka
Atas datang dan perginya hamba
Melainkan bukti kuasa-Nya.

Anjuran datang untuk menyembah
Shalat sunah akhiri khutbah
Banyak menyebut bermuhasabah
Berbagi harta makna sedekah

Dalam kuasa-Mu itu
Ku sebut nama-Mu

Dan dalam gelapnya semesta-Mu
Ku terus panggil kebesaran-Mu

Garut, 14 November 2022

50

PESAN IBU DI MALAM GERHANA

Jika malam nanti gerhana jatuh di atas kepalamu
Jangan lupa bersembunyi di bawah kolong surga
Jangan biarkan bulan itu pecah lalu membuatmu berdarah
Jangan biarkan pijar api itu menyala
Membuatmu terperosok dalam lingkar hitam; kelam
Jangan biarkan pula ia menggigit ranum bibirmu yang masih perawan

Namun jika terlampau terjadi
Segeralah kau pergi menyelam sunyi
Benamkanlah semua dalam telaga pelangi
Beralas sajadah penuh cinta kasih
Dalam derap sujud sembari merapal
“Ya Allah di pintu-Mu aku mengetuk. Sungguh kehinaan yang menguliti tubuh kotorku adalah murka
bagimu. Di antara gigil air mata berderai, hijrah hati memeluk ampunan-Mu. Terimalah taubatku
sebelum raga terbujur kaku, di bawah gundukan merah yang tak bergincu.”

Pasuruan, 15 November 2022

Bionarasi: Nur Indah Sutriyah adalah perempuan yang terlahir di kota Pasuruan, Jatim. Saat ini dia mengabdi di Yayasan Nurul Hidayah Asshon Haji. Berproses di Kelas Puisi Alit dan Competer Indonesia. Karya-karyanya pernah termuat dalam beberapa media online dan termaktub dalam buku antologi puisi.

51

Merawati May
KETIKA GERHANA ITU TIBA

Kali ini kau tiba
Lalu kubuka tabir jendela
Di cakrawala yang kau rangkul
Pada seraut wajah rembulan dalam cahaya
Tak pernah muncul

Dalam gelap sesaat
Aku pun melihat
Karena rangkulan jarak
Yang kau arak
Menjadi kata-kata
Di dalam kumpulan sajak

O di mana tabir gerhana
Yang kau catat sebagai satu rangkaian makna?

Berkali-kali kutatap
Sebelum kabut dan cerita
Itu kau ungkap
Karena gerhana yang tiba
Pada seperti tiga malam,

Mengungkap dalam sujud dua salam

Maka kucari berkali-kali
Dari balik lipatan waktu
Setelah rangkap wajahmu
Meneduhkan pikiran itu
Yang kau cuci di tepian kali

Kapan kalian menyatu kembali,
Ketika makna gerhana
Kucatat pada ribuan kamus di malam sepi?

Bengkulu, 15 November 2022

52

Anto Narasoma <assabillah70@gmail.com>
PERPADUAN REMBULAN MATAHARI

meski terbuka
di langit lepas,
kau kecup wajah rembulan pada balutan
awan seputih kapas

maka gerhana matahari pun seperti wajah bidadari
yang menciptakan diksi
dalam kalimat penuh arti

fenomena gerhana
itu pun,
seperti memberi
fakta dalam kisah-kisah
kesepian cahaya
yang memancar sendiri

gerhana mentari
seperti raut wajah bidadari yang menepi
di antara segala kaidah

maka Engkaulah

segala ilmu di antara
bermacam kaidah
dalam persepsi mutiara

datanglah sekali lagi
rembulan dan matahari
di antara gerhana malam hari
yang menciptakan
hati nurani

Palembang, 15 November 2022

53

Nurul Fawaidi
SEGARIS

Usai gerhana
Purnama kembali memesona

Matahari tak dianggap biang onar
Sebab bumi candu binar

Tuhan mempertemukannya segaris
Bersalam liris

Sumenep, 26 Mei 2021

54

DUA MATA GERHANA
Kak Slam [pratyas katrina <pratyas.katrina@gmail.com>]

Mencabiklah dengan tertawa melengking
hingga menembus langit ketujuh pintu surga 
kan terbuka karenanya
bila purnama kali ini gerhana bermata dua
seperti isi hati kala bercermin bibir?
maka gerhana akan membakar manusia lugu
dan puan pun tuan tak akan pernah bisa beranjak dari nikmat
karena dusta di rasa lezat
bak makanan martabak yang tersaji di piring hidangan
lahap sekali pembohong pembohong itu menyantapnya
hingga gerhana nan sesaat itu kembali pada takdir
mengubur bintang pada awan gelap
tak nampak bercahaya
karena hitam lebih dominan daripada sinar kebajikan.

Mencakarlah dengan menerkam gerhana
bila matanya masih saja dua
kemudian bawalah ke langit ketujuh
untuk diadili Sang Maha Adil
siapa yang dusta di antaranya?
manusia nyata ataukah bayangan semata
agar insan lugu tak tertipu bujuk rayu
Dajjal menawar penggali ajal
Ini air bukan api?
Walau panas dirasa merasuki
seperti itu juga gerhana?
yang malam hari ini bermata dua.

Kini kau beryanyilah malaikat
dengan firman Tuhanmu yang Maha Menciptakan
bahwa setan tak akan lagi mampu menyesatkan
begitu juga Dajjal
sebab Isa putra Maryam
telah menjadi penawar atas gerhana bermata dua yang meragukan.

POJOK KAMAR
: KAK SLAM
: EPISODE, GERHANA BERMATA DUA
: 23.19, SEMARANG – JAWA TENGAH – INDONESIA
15 NOV 22

CP : 081215702165

55

Sajak Tema Gerhana : Ngakan Made Kasub Sidan
MENATA HATI, DALAM SUNYI GERHANA

Cahya bulan temaram namun kian indah
Sebagai bukti kebesaran Allah
Yang menata titian akan arah
Dalam doa-doa gerhana nan amanah

Gerhana memberi sigal agar kita takut dosa
Takut akan langkah di luar Yang Kuasa
Takut akan hina yang membelenggu rasa
Takut akan sejuta harap di balik asa tersisa

Dalam sunyi gerhana, kita coba kenali diri
Dalam sunyi gerhana, kita coba kenali nurani
Dalam sunyi gerhana, kita cari nuntunan Ilahi
Tanpa pernah terhenti

Di sini di lintasan tanah leluhur
Garis-garis hidup kita tata sendiri
Dalam bingkai aksara budi luhur
Yang senantiasa terpatri pada diri
: menjadi janji suci
: yang terkunci
: dalam titah
: bertuah

(Klungkung Bali_Nopember 2022)

BIODATA

Ngakan Made Kasub Sidan, S.Pd.M.Pd, Pensiunan pengawas sekolah lahir 63 tahun silam. Di samping telah menyelesaikan 5
antologi tunggal, juga ikut pada puluhan antologi bersama, seperti:

Antologi 114 Penyair Indonesia, Seribu Tahun Lagi;
Plengkung, Yogyakarta dalam Sajak;
Mata Air, Air Mata; Lampion Merah Dadu;
Jejak Waktu;lima titik nol;
Dunia Penyair Mencatat Ingatan;
77 Penyair Membaca Pahlawan;
Antologi Chlie-Indonesia;
Laut dan Kembara kata-kata;
Sumpah Pemuda untuk Indonesia;
dan lain-lainnya.

Peraih Kepala Sekolah Berprestasi Nasional 2009, Tahun 2011 Gubernur Bali memberikan Anugerah “Widya Kusuma” (Tokoh Pendidikan Bali).

Alamat: Jalan Dr. Sutomo No. 9 Semarapura Klungkung Bali, 80711.
WA: 081338696320
E-mai: kasubsidan1959@gmail.com

KEPUTUSAN

Hadiah Ke-1 (RM300): Lihat Laporan Hakim di bawah.
Hadiah Ke-1 (RM200): Lihat Laporan Hakim di bawah.
Hadiah Ke-1 (RM100): Lihat Laporan Hakim di bawah.

LAPORAN HAKIM

Laporan Keputusan Sayembara ESVA 16/2022 – Sajak Gerhana

Keseluruhannya terdapat 55 buah sajak. Penyertaan adalah daripada ahli-ahli GAKSA yang aktif menyertai sayembara setiap sayembara yang diadakan termasuk sajak bertemakan Gerhana ini. Syarat pertandingan sayembara kali ini, hanya perlu memenuhi tema gerhana. Manakala kepanjangan sajak pula bebas.

Ulasan Hakim

Pada hemat dan pegangan saya, dalam penghasilan sesebuah mahakarya iaitu sajak perlu mempunyai tiga manifestasi; manifestasi yang pertama adalah ketika penulis itu mencipta sajaknya, hanya dia yang memahami tersurat dan tersirat ciptaannya. Kedua, ketika sajak itu disiarkan kepada khalayak. Ketika ini proses menilai dan memahami karya tersebut sedang berlaku (perbincangan/perdebatan). Akhir sekali, manifestasi yang ketiga adalah ketika pembaca menghayatinya. Hal ini yang paling utama iaitu apabila sajak itu dibaca dan memberi kesan kepada khalayak (pembaca). Namun dua perkara yang perlu dimanifestasikan dalam sesebuah mahakarya sajak adalah pemilihan kata dan maksud yang hendak disampaikan. Jika kedua-dua itu diadun dengan baik dan indah maka, sajak tersebut pasti berbekas kepada pembaca.

Keseluruhan, semua penulis masih berada tertakluk pada satu takuk biasa (menjadi kebiasaan) seperti penggunaan kosa kata yang biasa-biasa, tajuk atau judul yang tidak menonjol, malu-malu untuk meluahkan rasa yang terpendam (gejolak perasaan) dan terdapat ungkapan yang polos atau stereotaip yang membelenggu bait-bait sajak. Jadi ada baiknya penulis berpegang kepada prinsip menulis sajak adalah untuk meluahkan segala yang terpendam di dalam kalbu untuk memberi impak kepada khalayak. Maka dengan menggunakan kata-kata yang terbatas tetapi berkesan, kita perlu menyampaikan maksud (mendalam) sama ada secara implisit atau eksplisit kepada pembaca. Biar menusuk dan berbekas di jiwa pembaca iaitu dalam hal ini tentang tema yang dipertaruhkan. Namun begitu terdapat juga penyair yang berani dan akhirnya berjaya.

Berikut adalah 5 sajak yang terbaik mengikut susunan;

NoJudulNamaUlasanMarkah
1Bahkan kepada MatahariFahturrohman-Gambaran fenomena gerhana dan perasaan kepada pencipta (Allah) disampaikan dengan tulus tetapi berkesan (sampai kepada pembaca). Perasaan itu dapat dijiwai malah meninggalkan bekas. -Sebuah karya yang indah berserta makna yang mendalam.83

RM
300
2Nasihat Gerhana kepada ManusiaGabriel Kimjuan-Kesedaran tentang setiap kejadian Tuhan yang perlu kita teliti dan fahami. Paling utama adalah keinsafan diri insan (pembaca/penulis) kepada pencipta. -Ringkas tetapi mendalam dan meninggalkan kesan.82

RM
200
3Remang Dewangga Wajah RembulanIffa Hani Hamd-Rasa insaf dan syukur penulis tentang fenomena alam. Semua itu memberi pengajaran (impak) kepada pembaca. -Pemilihan kata yang indah dan maksud yang menyerlah.81

RM
100
4Corong BulanCunong Nunuk Suraja-Peristiwa gerhana itu diungkapkan oleh penulis dengan kiasan dan kejadian hakiki yang sangat indah dan bererti. Dari judul hingga ke titik akhir sajak pembaca boleh mengerti. -Pemilihan kosa kata yang berkesan.80

RM
50
5Gerhana KebimbanganCT Nurza-Perbandingan kehidupan dan segala cabaran umpama gerhana. Usaha yang cekal pasti akan peroleh laba. -Walaupun agak polos namun kosa kata yang dipilih sangat indah. (Ada kalanya polos itu berjaya jika kosa katanya bagus dan bermakna).78

RM
50

Kesimpulannya. Saya cadangkan agar semua sajak ini dimurnikan (minta penulis menyemak sekali lagi – barangkali ada yang boleh diperbaharui) dan dikumpulkan dalam satu antologi (dijadikan buku). Masing-masing boleh mengeluarkan modal seperti membeli dan menjual. (Seorang 10 naskah – pasti mudah dan laris). Hal ini kerana semua sajak yang dihasilkan ada kekuatan masing-masing yang boleh ditonjolkan kepada khalayak. Juga boleh memberi pengajaran yang berguna. Paling menonjol dalam semua karya adalah rasa insaf terhadap fenomena gerhana yang menonjolkan kekuasaan yang maha pencipta.

Terima kasih.

PENGADIL: PAID 25.03.2023.

TAMAT.