Sabtu 23 April 2022. Alhamdulillah, kegiatan buka puasa bersama dan santunan anak yatim di Rumah Sastra ASEAN, Gaksa, berjalan dengan khidmat. Terima kasih untuk sekretariat Gaksa Kuala Lumpur, Esastera, dan ahli Esastera Vaganza. Terima kasih untuk semua pihak yang berpartisipasi. Terima kasih untuk para pemateri diskusi Pak Agus Musabiq , Pak Dr. H. Ismatullah Syihabudin , dan Pak Nurmansyah Hasan Basrie . Terima kasih atas kesediaan menyampaikan tausiyah untuk guru kami, KH. Mukti Jayaraksa. Mohon maaf atas segala kekurangan dan keterbatasan kami.

TAMAT 1.

Rumah Sastra ASEAN Adakan Santunan Anak Yatim

Sabtu 23 April 2022 adalah hari yang begitu khidmat di Rumah Sastra ASEAN. Pasalnya, Pusat Kegiatan Gaksa tersebut dihadiri belasan anak yatim dari Linkungan Curug Sekolah, Bagendung, Kota Cilegon, Banten, Indonesia. Kegiatan tersebut diadakan, menurut ketua Pelaksana, Miko Afrila, sebagai bentuk rasa syukur karena Gaksa dapat terus beroperasi sebagai komunitas sastra yang mendapat sorotan dari berbagai kalangan. Selain itu, kata Miko, Gaksa ingin terus dapat berperan di tengah masyarakat. Bukan hanya dalam bidang kesenian, melainkan juga dalam bidang keagamaan, pendidikan, dan kemanusiaan.

“Kami di Cilegon diberi amanah untuk merawat Rumah Sastra ASEAN sebagai tempat yang memberi manfaat kepada umat Islam secara khusus, dan kepada segenap manusia secara umum sebagaimana konsep rahmatan lil ‘alamin. Kami terus berusaha menjaga amanah tersebut semampu kami.”

Santunan anak Yatim, menurut Miko, adalah bentuk dari upaya menjalankan amanah dari para pendiri Rumah Sastra ASEAN, di antaranya Prof. Dr. Irwan Abu Bakar dan para donatur. Selain anak-anak yatim yang hadir di dalam acara, Gaksa juga menyantuni anak yatim lain yang tidak dihadirkan di dalam acara.

Sebelum kegiatan santunan dilaksanakan, terlebih dahulu dilaksanakan kegiatan diskusi yang menghadirkan tokoh-tokoh Kota Cilegon, yakni Dr. H. Ismatullah Syihabudin, KH. Mukti Jayaraksa, Agus A. Musabiq, dan Nurmasyah Hasan Basrie. Diskusi dimoderatori oleh penyair muda Indonesia, Faris Naufal Ramadhan dan dimeriahkan oleh penampilan penyanyi Irantoni, Nissa, dan Risma Meylani dengan lantunan lagu-lagu islami.

Dr. H. Ismatullah Syihabudin, M. Pd

Dalam penyampaikannya, Dr. H. Ismatullah Syihabudin menyatakan bahwa keberadaan Gaksa di Cilegon merupakan hal yang sangat mencerahkan, karena pikiran masyarakat, khususnya kalangan muda terbuka mengenai keberanian memilih jalan hidup dan penghidupan. Menurut Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah tersebut, keberanian yang tampak menandakan generasi emas Indonesia telah memahami apa yang harus dilakukan untuk dapat menjawab tantang perkembangan zaman.

Nurmansyah Hasan Basrie

Nurmansyah Hasan Basrie sebagai pengamat anak muda yang juga berperan penting dalam tumbuh kembang koperasi di Banten mengutarakan bahwa Gaksa sebagai komunitas sastra ASEAN adalah gerakan yang mengagumkan. Gerakan sastra atau seni secara umum yang tidak biasa. Keberadaan pusat kegiatan di Cilegon dan sekretariat di Kuala Lumpur memberikan dampak yang besar. Karena itu, menurutnya, para pengurus Gaksa atau seniman pada umumnya harus benar-benar memikirkan bagaimana standar kompetensi masing-masing. Sebab menurutnya, banyak seniman berkualitas sebagaimana seniman-seniman di Gaksa yang tidak mendapatkan penghargaan yang sesuai dengan kompetensinya. Hal tersebut karena publik tidak memiliki pengetahuan serta standar yang dapat digunakan.

“Misalkan, ketika saya hendak mengundang Kang Rois, saya harus berpikir secara tepat, berapa saya harus membayarnya. Jangan sampai tidak menghargai orang-orang berkompeten,”  pungkas Nurmansyah.

Agus A. Musabiq

Setelah Nurmansyah, Agus. A. Musabiq menyampaikan materi tentang solidaritas dan soliditas di dalam perbedaan. Di dalam penyampaikannya, ia menuturkan bahwa banyak sekali orang yang memiliki kemampuan tinggi tapi kalah oleh ikatan yang cerai-berai karena masing-masing orang merasa mampu dan sanggup. Karena itu, dengan tegas ia menyampaikan bahwa setiap orang harus mampu menghormati orang lain. Selain itu, berempati; memahami keadaan dan kondisi sesama.

“Gaksa sebagai komunitas yang memiliki nama besar dan potensi besar harus berhati-hati terhadap perpecahan,” kata Agus. “Teman-teman harus terus menjaga kebahagiaan apa pun yang terjadi agar jika ada masalah dapat dihadapi dengan baik.”

KH. Mukti Jayaraksa

KH. Mukti Jayaraksa adalah yang mendapatkan giliran terakhir dalam sesi diskusi. Pimpinan pondok pesantren Al-Munawaroh, Gerem, tersebut meyampaikan tausiyah tentang puncak pencapaian berpuasa, yang tidak lain adalah sampai pada ketakwaan. Sebelumnya ia menyampaikan bahwa segala sesuatu harus dilaksanakan sepenuh jiwa.

Nissa (di tengah) dan Risma di sampingnya

Kegiatan yang dimulai pukul 16.00 ini berlangsung dengan khidmat.  Diakhiri dengan pemberian santunan pada belasan anak yatim oleh para pembicara.  

TAMAT.