Alif-Mu terketam ulfah: kelembutan itu tak se-zarrah pun bisa mangkir saat datang hari akhir. Tak terkecuali dengan ba-Mu, barakah: menyorongkan setiap kehidupan tumbuh tanpa hambatan. Betapa manusia tak luput dosa dan silaf, karena berasal dari ta-Mu taubah: Ia tak pernah menolak meski menggunung cela yang mengurung manusia. Sebab, begitu lapang telapak tangan-Mu sederet tsa-Mu, tsawaba: Engkau berikan ampunan bagi yang daif.
Dengan Jim-Mu, jamala: keelokan sisi rias jasad dan jiwa. Menempatkan ha-Mu, hikmah: berjuntai fenomena yang dapat dipetik oleh siapa pun. Saat datang ujian dan cobaan yang sulit dipahami oleh orangorang kebanyakan. Tafkir-lah kho-Mu, khoiro: layaknya kebaikan selalu merapat pada mereka yang senantiasa berbuat. Penguatan berbagai teori dikerat dalil-dalil yang pasti, dal-Mu, dalila: memacu langkah di era teknologi ini. Garda terdepan hanya bisa diraih bagi peteguh kecerdasan. Itulah dza-Mu, dzaka’an: selalu menyandingkan rahasiarahasia ciptaan keluar dari persembunyian.
Pada ro-Mu, rahmah: kasih sayang-Mu tak terbatas. Bagi siapa saja pemuasa Ramadan hanya untuk Yang Di Atas. Dengan za-Mu juga, zakatan, kesucianlah sesungguhnya yang dapat mempersatukan antara makhluk dengan Tuhan. Itulah yang disebut kebahagiaan. Terpaut pada tanda huruf sin-Mu, sa’adah, tepat kiranya menjadi buruan bagi mereka yang beriman.
Kini, Covid 19 sudah waktunya terdesak Syin-Mu, syifa’. Tak ada obat mujarab selain obat yang datang dari sisi-Mu. Dengan shod-Mu, shidqon, kebenaran adalah keniscayaan. Agar dlod-Mu, dziya’a menjadi cahaya di ruang kegelapan. Tho-Mu adalah thorofa, ketenangan, penyadar hati yang resah. Berbekal dzo-Mu, dhofro, keluasan cakrawala pikirang yang terunggah di logika manusia. Bersaranglah dengan ‘ain-Mu, ‘ilma, pencerah dimana ruang gelap ada. Terpendarlah cahaya hingga terbuka jendela yang dapat memberikan celah langkahlangkah yang hendak ditempuh.
Dengan ghin-Mu, ghina, keberkahan kekayaan tidak menjadikan silau. Sebaliknya dapat menjadi alat. Ia sebagai sarana untuk mencapai tujuan perintah dan menjauhi laranganlarangan. Fa-Mu, falaha: kemenangan itu fenomena tak terduga datangnya. Tapi dapat ditata sebelumnya, supaya menjadi nyata adanya. Perencanaan adalah qof-Mu, qurbatan, atau kedekatan pencapaian tujuan. Sejalan kaf-Mu, karomah: kemuliaan itu datang bukan tanpa jaminan. Padahal jaminan yang dihadirkan belum tentu pantas penuhi persyaratan. Maka ringankan persyaratan kepadaku, hingga dapat kuraih kemuliaan-Mu. Lam-Mu adalah luthfan, kelembutan prasyarat segala bentuk kepentingan dalam pergaulan, balurlah sikap dan tindakan ini dapat meredam kemarahan. Hanya dengan mim-Mu, terurai mauidhah, tutur kata indah dan pesanku bungabunga dingin.
Nun-Mu berjuntai nur: Engkaulah Cahaya di atas cahaya. Pantulkanlah Cahaya-Mu selalu menyinari jalanku. Begitu pun wawu-Mu adalah wuslah. Betapa sarana bukan segalanya, tapi cukup menentukan arah tujuan. Kiranya hanya datang dari huruf ha-Mu, hidayah petunjuk-Mu, sehingga aku selalu berada pada jalan yang Engkau ridai bukan jalan orang yang sesat. Akhirnya dengan yak-Mu, yakinan: haqqul yakin, tetapkan aku pada jalan-Mu yang lurus.
Oleh:

Imam Muhayat,
Bali, 6 – 7 April 2022
TAMAT.